Pergerakan Diskursus Seni Rupa

: Gerakan Seni Rupa Baru dan Taring Padi




Waktu itu masih dekade1970-an dan awal 1980-an, dimana seni-modernisme perlahan mulai dibongkar aspek dogmatiknya. Arus dan gaya baru dalam berkesenian mulai bersuara. Peristiwa ini, lantas dikenal sebagai Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB). Sebuah momentum dimana seni rupa Indonesia sekali lagi ramai oleh tingkah polah anak-anak muda.

Suatu hari di penghujung 1974, yang kemudian dikenal di dunia seni rupa sebagai ‘Desember hitam’ muncul nama-nama seperti Nanik Mirna, Harsono, Munni Adhi dalam pameran. Kemudian ditambahi saat Dewan Juri Pameran Besar Seni Lukis mensahkan karya-karya AD Pirous, Abas Alibasyah, Aming Prayitno, dll., untuk ikut berpameran.

Menyidik Ulang Dialog Hume dan Kant, atau Apakah? (1)

Apakah ilmu pengetahuan itu? Pertanyaan itu telah menjadi hakikat dari tiap kebingungan metafisis seluruh pemikir dari segala jaman. Bahkan, metafisika sendiri sempat disingkirkan dari ‘khasanah ilmu pengetahuan’. Mungkin pernyataan di atas bukanlah justifikasi yang tepat ketika dihadapkan pada fakta historis bahwa metafisika telah dipelajari secara serius selama berabad lamanya. Sejak era Filsafat Yunani sampai era Positivisme, yang kemudian mencapai puncak penyingkirannya pada masa Positivisme Logis (Donny Gahral, 2006; 30-33).

Naruto, Lingkaran Kebencian, dan Terorisme



Setelah membaca tinjauan singkat FB Hardiman di KOMPAS, 18 September 2011, atas buku Sejarah Teror yang ditulis Lawrence Wright, saya secara pribadi langsung tersentak. Dengan bernas, salah satu pemikir brilian yang dimiliki Indonesia ini menarik simpul isi buku tersebut, atau bahkan keseluruhan diskursus terorisme dengan satu kalimat kunci: “Sejarah teror tidak lebih daripada sejarah timbal balik yang menghasilkan rantai kekerasan.”

Pada titik ini saya langsung teringat dengan salah satu film serial animasi, Naruto Shippuden. Pada salah satu bagian cerita film yang rumit dan kompleks ini, si tokoh utama yang didiami monster paling buas, Naruto Uzumaki, menemukan lawan yang ternyata berguru pada gurunya juga. Si musuh ini bernama cukup aneh untuk ukuran film yang hampir seluruh nama tokohnya menggunakan kosakata Jepang, Pain.